Hidup didaerah perbatasan Indonesia adalah hidup yang serba dilema. dilain sisi kita dihadapkan pada jiwa nasionalisme, sedangkan sisi yang lain kita dihadapkan pada kebutuhan sosial dan ekonomi.Tidak hanya dikawasan Timur Indonesia kondisi perbatasan dalam keadaan bertolak belakang dengan negara tetangga. dibeberapa kawasan Barat hampir semua keadaan perbatasan memprihatinkan. Seperti disiarkan oleh salah satu stasiun swasta pada bulan oktober lalu, di sisi perbatasan Indonesia tepatnya di Kalimantan Barat sangat berbeda jauh dengan Negara Tetangga kita Malaysia. di perbatasan Malaysia, Air bersih listrik, makan pokok hingga sinyal semua telah tersedia. beda halnya dengan kondisi di Negara kita, jangankan persediaan bahan tersier, bahan primer dan sekunderpun belum tercukupi. listrik masih gelap gulita, air bersih masih menempuh jarak jauh, bahkan sinyalpun mampus.
Jika di Kalimantan barat batasannya adalah darat, contoh lain terjadi di Perbatasan Batam dan Singapura. diperbatasan ini kondisinya adalah letak pulau yang bersebelahan namun 'atas terang bawah gelap'. yang dimaksud atas tentulah negara tetangga Singapura. Negeri singa tersebut memperoleh pasokan gas untuk listrik dari indonesia dengan pipa bawah laut. dan salah satu terminalnya adalah pulau pemping (salah satu ) pulau sekitar batam. di pilau itu terdapat penempungan sementara gas yang akan disalurkan ke Singapura. Sayangnya, Pulau perbatasan ini tak mendapat 'sekentutpun' gas bumi untuk menerangi pulau.
Berlanjut ke Kepulauan Natuna, kabupaten ini berbatasan langsung dengan tiga Negara, Vietnam, Thailand dan Malaysia. Kita tidak akan membahas kekurangan apa yang terjadi di Kabupaten ini, tapi akan membahas potensi apa yang ada di dalamnya. Kabupaten yang berada di Propinsi kepulauan Riau ini merupakan daerah yagg kaya akan sumberdaya kelautan dan perikanan. PAD terbesarnya didapatkan dari barang tambang yang ada di dalam laut, yaitu minyak mentah. karena 98 persen daerahnya adalah laut, sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan, sayangnya nelayan lokal terbilang nelayan kecil (dibawah 5 GT).
Penduduk asli tak mau maksimal memanfaatkan potensi yang ada, datanglah nelayan-nelayan dari daerah lain untuk mencicipi manisnya ikan Laut Natuna. Mulai dari kapal asal Tanjung Balai Karimun hingga yang berasal dari pontianak. Kapal-kapal dari luar Natuna berukuran lebih dari 5 GT bahkan untuk kapal Eks asing ada yang mencapai diatas 100 GT.
apa yang dapat disimpulkan dari ketiga tempat tersebut?alangkah malangnya mati di lumbung Padi. Kapankanh Pemerintah Pusat akan membenahi daerah-daerah potensial ini sehingga benar-benar digunakan untuk kemakmuran Rakyat. sehingga tidak ada lagi daerah yang ingin lepas bahkan ikut tetangga agar merasa lebih makmur dan dipedulikan dan dimanja. mari kita renung bersama
Jika di Kalimantan barat batasannya adalah darat, contoh lain terjadi di Perbatasan Batam dan Singapura. diperbatasan ini kondisinya adalah letak pulau yang bersebelahan namun 'atas terang bawah gelap'. yang dimaksud atas tentulah negara tetangga Singapura. Negeri singa tersebut memperoleh pasokan gas untuk listrik dari indonesia dengan pipa bawah laut. dan salah satu terminalnya adalah pulau pemping (salah satu ) pulau sekitar batam. di pilau itu terdapat penempungan sementara gas yang akan disalurkan ke Singapura. Sayangnya, Pulau perbatasan ini tak mendapat 'sekentutpun' gas bumi untuk menerangi pulau.
Berlanjut ke Kepulauan Natuna, kabupaten ini berbatasan langsung dengan tiga Negara, Vietnam, Thailand dan Malaysia. Kita tidak akan membahas kekurangan apa yang terjadi di Kabupaten ini, tapi akan membahas potensi apa yang ada di dalamnya. Kabupaten yang berada di Propinsi kepulauan Riau ini merupakan daerah yagg kaya akan sumberdaya kelautan dan perikanan. PAD terbesarnya didapatkan dari barang tambang yang ada di dalam laut, yaitu minyak mentah. karena 98 persen daerahnya adalah laut, sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan, sayangnya nelayan lokal terbilang nelayan kecil (dibawah 5 GT).
Penduduk asli tak mau maksimal memanfaatkan potensi yang ada, datanglah nelayan-nelayan dari daerah lain untuk mencicipi manisnya ikan Laut Natuna. Mulai dari kapal asal Tanjung Balai Karimun hingga yang berasal dari pontianak. Kapal-kapal dari luar Natuna berukuran lebih dari 5 GT bahkan untuk kapal Eks asing ada yang mencapai diatas 100 GT.
apa yang dapat disimpulkan dari ketiga tempat tersebut?alangkah malangnya mati di lumbung Padi. Kapankanh Pemerintah Pusat akan membenahi daerah-daerah potensial ini sehingga benar-benar digunakan untuk kemakmuran Rakyat. sehingga tidak ada lagi daerah yang ingin lepas bahkan ikut tetangga agar merasa lebih makmur dan dipedulikan dan dimanja. mari kita renung bersama