About Me

Foto saya
Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia
Asix adalah sebuah kata yang berasal dari dua suku kata A dan six (enam). kalau digabung akan membentuk nama belakang saya yaitu anam. Sedangkan poel sebutan nama depan saya yang berasal dari saiful. karena lidah orang maduralah nama yang berarti pedang itu menjadi poel. tanggal lahir saya sama dengan tangal lahir bungkarno, tapi masih harus ditambah 24 hari lagi. Kalau tahun kelahiran waktu itu sedang bloming-blomingnya revolusi biru. atau masa dimana para petambak tergila-gila sama udang windu. Persisnya tahun kelahiran saya 1986.

Jumat, 13 Juli 2012

UB Kembali Merebut Piala Ardhikarta Kertawidya


Usaha Universitas Brawijaya (UB) Malang untuk merebut kembali Piala Ardhikarta Kertawidya dari tangan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta akhirnya tercapai. Setelah dua tahun berturut-turut piala bergengsi itu mangkal di Kampus UGM, kini melalui jalur Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) - XXV piala tersebut kembali kepelukan UB.
Dalam lima tahun terakhir, Juara umum PIMNAS dikuasai oleh UGM dan UB. Kedua kampus ini seakan-akan tidak merelakan kalau harus berbagi Piala dengan kampus lain. Sejak tahun 2007 yaitu PIMNAS-XX, Juara umum diraih UGM, selanjutnya UB berhasil merebut gelar tersebut pada PIMNAS-XXI dan mampu mempertahankannya hingga PIMNAS-XXII. Gelar juara kembali diraih UGM pada PIMNAS-XXIII dan PIMNAS-XXIV. Dan pada tahun 2012 yaitu PIMNAS-XXV UB kembali memegang Ardhikarta Kertawidya.
Dalam tulisan yang direalese kompas.com, UB dengan 24 timnya berhasil mengungguli sejumlah Perguruan Tinggi (PT) yang lebih diunggulkan karena mengirimkan lebih banyak tim, diantaranya Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Surabaya (ITS), dan UGM. UB bahkan menyapu bersih penghargaan setara emas disemua kategori Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian (PKMP).
Sebagai tambahan informasi, PIMNAS merupakan ajang ilmiah tahunan yang diikuti oleh PT seluruh Indonesia yang melalui bebrapa kali seleksi. Kategori yang diadukan antara lain PKM-Penelitian, PKM-Teknologi, PKM-Kewirausahaan, PKM-Pengabdian Masyarakat, PKM-Gagasan Tertulis dan 1 kategori baru yakni PKM-Karsa Cipta.
Dalam ajang ini banyak sekali kreativitas mahasiswa yang diadukan. Sayangnya, ajang tahunan ini hanya sekedar menjadi ajang pertandingan tahunan semata. Tanpa ada tindak lanjut nyata. Dari sekian ribu kreativitas yang ada tidak ada yang selanjutnya diwadahi dan ditindaklanjuti menjadi teknologi-teknologi asli Indonesia. Misalkan melalui paten. Mungkin hanya beberapa yang mendapatkan paten. Semoga kedepannya ajang ini benar-benar ditampung pemerintah untuk membantu mensejahterakan Rakyat Indonesia.

Senin, 18 Juni 2012

BEREBUT LAHAN ‘PARKIR’

Memiliki lahan parkir adalah usaha yang sangat menggiurkan. Hanya dengan bermodal lahan dan tiket parkir, uang ratusan ribupun mengalir setiap hari. Keuntungan akan bertambah jika tiket parkir tertulis, “Petugas parkir tidak bertanggung jawab terhadap barang yang hilang/rusak.” Resiko rugipun nol persen. Lebih menguntungkan lagi jika tak perlu memiliki lahan sendiri, cukup menggunakan fasilitas negara seperti trotoar maupun bahu jalan, itulah parkir ilegal. Uang pengelolaan pun tak perlu dibagi.

Tak heran jika lahan-lahan parkir menjadi perebutan preman-preman. Siapa yang kuat, dialah penguasa lahan parkir ilegal. Begitu pula yang terjadi dalam egosektoral. Pemerintah antar lembaga tarik-menarik pengelolaan lahan ‘basah’. Menggunakan fasilitas atau kewenangan negara untuk keuntungan pribadi. Pada tulisan ini mari kita fokuskan pada sektor Perikanan dan Kelautan, karena sektor ini berhubungan dengan air maka pasti akan basah.

Perikanan dan Kelautan merupakan Kementerian termuda yang dilahirkan oleh Presiden ke 4 RI, KH.Abdurrahman Wahid. Lahirnya Kementerian ini karena sangat disadari bahwa sebagai negara kepulauan fokus pembangunan selama ini masih didarat, padahal kekayaan laut lebih melimpah. Pada awal pembentukannya hingga sekarang, beberapa bidang yang terkait erat dengan perikanan masih menempel pada kementerian lain masih enggan untuk dilepas dan diserahkan pengelolaannya pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Terumbu karang, Mangrove, Ikan Napoleon, dan Ikan Arwana, pengelolaannya masih di dalam lemari Kementerian Pertanian. Kendatipun sudah ada usaha dari KKP untuk menyerahkan pengelolaan tersebut agar tidak terjadi ambigu pengelolaan, Kementerian pertanian masih enggan menyerahkan. Akibatnya, ketika terjadi pelanggaran dilapangan terkait dengan hal tersebut diatas, KKP hanya mampu memberi peringatan. Beda halnya jika pengelolaan tersebut telah diserahkan pada KKP, maka penindakan hukum dapat langsung dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) perikanan seperti yang tertuang dalam UU No 45 Tahun 2010 tentang Perikanan.

Sesuai dengan UU No 45 Tahun 2010 perubahan dari UU No 31 tahun 2004 Tentang Perikanan, dalam hal pengelolaan perlu dilakukan pengawasan dalam hal ini dilakukan oleh Pengawas Perikanan. Terkait dengan Pengawasan Perairan untuk mencegah dan menindak IUU (Ilegal, Unreported, Unregulated) pengawasan dilakukan oleh Angakatan Laut, Polisi Air, dan Pengawas Perikanan.

Menurut hemat penulis, ini merupakan kemajuan luar biasa untuk mencegah perlakuan Laut sebagai ‘Lahan Parkir’ penegak hukum. Selama ini pelaku IUU dari Negeri tetangga sangat luar biasa, sehingga menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Para pelaku IUU mulai gelagapan ketika Pengawas Perikanan melalui Kapal Pengawasnya mengobrak-abrik mereka. Jumlah pelaku IUU yang tertangkap dari negara tetangga meningkat signifikan. Itu semua karena Kapal Putih, sebutan Kapal Pengawas oleh Nelayan asing, tidak bisa di suap. Penuturan ini penulis dapatkan dari hasil bincang-bincang dengan nelayan asal Vietnam dan Thailand.

Logikanya seperti ini, misal, jika selama puluhan tahun pelaku pengawasan laut dilakukan oleh Angkatan Laut dan Pol Air yang bisa disuap, maka laut Indonesia tak pernah sepi dari pelaku IUU. Bahkan para aparat yang seharusnya mengamankan Perairan laut sekaligus pengayom nelayan nasoinal, malah menjadi centeng pelaku IUU. Namun, sejak lahirnya PSDKP, para pelaku IUU perlu dana segar baru jika hendak menyuap PSDKP, itupun jika kapal putih bisa disuap. Alhasil, kapal-kapal pelaku usaha kotor inipun ditangkap, diadili, dan membayar denda pada negara untuk pemulihan Sumberdaya. Selanjutnya, para pelaku usaha geram akan kedatangan PSDKP dan mengadulah pada centeng peliharaan mereka agar PSDKP bisa diajak kerjasama. Tak mampu melalui jalur kotor, usaha terus dilakukan melalui jalur politik agar PSDKP tertekan dan kehilangan wewenangnya dalam penegakan hukum. Maka lahirlah Surat dari Menteri POLHUKAM agar PSDKP tidak lagi melakukan penegakan hukukm dilaut. Maka kembalilah centeng-centeng ini yang menguasai laut dan ‘mengamankan’ tuan mereka. Jadi, intinya semakin banyak lembaga yang melakukan penegakan hukum, maka kegiatan suap menyuap bisa diminimlisir. Sekali lagi paragraf ini hanyalah pengandaian yang ada di Kepala penulis.

Kembali pada lahan parkir, sekalipun para preman-preman tersebut berkuasa jika para satpol PP tegas melakukan pembinaan, maka tidak akan berserakan lahan-lahan parkir ilegal disepanjang jalan. Perlu diingat, kejahatan terjadi karena ada kesempatan, pengawasan yang lemah dan ketegasan aparat yang terlambat.

Akhir katabagi pengawas jadilah manuasia yang

Tidak mudah puas

Tidak mudah percaya

Dan tidak mudah terpukau

“Beriman dan bertaqwa”

Jumat, 09 Maret 2012

Citra PNS

Sebelum saya memaparkan maksud judul diatas, terlebih dulu penulis ingin mengingat masa lalu sebelum berprofesi sebagai PNS. Saat itu, PNS terbingkai sebagai pekerja yang tak pernah benar-benar bekerja. 'PNS yang bekerja hanyalah GURU'. Tentu saja ini tak otomatis datang begitu saja, tetapi datang bertahap seiring dengan pengalaman buruk atas pelayanan publik yang buruk dan diperparah dengan pemberitaan media yang terlalu lebai. 'BAD NEWS IS THE GOOD NEWS'. Semakin menjelek2an oknum tertentu, semakin lakulah surat kabar.

Namun demikian, dibalik buruknya Citra PNS, entah kenapa peminatnya terus bertambah, dari tahun-ketahun jumlah pelamar semakin meningkat.Bahkan ada yang rela dibayar rendah bahkan tidak dibayar hanya untuk bisa memakai seragam PNS sebagai pegawai kontrak/honorer. Kini saat terjadi monotarium terdapat banyak pihak yang merasa kehilangan kesempatan. Lalu apa sebenarnya yang terjadi?BERPIKIRAN NEGATIF TERHADAP INSTANSI TAPI KITA MEMIMPIKAN BISA BERGABUNG DIDALAMNYA. WEUUWWW... lalu tersadarlah saya dalam lamunan, SIRIK TANDA TAK MAMPU.

akhirnya saya yang awalnya tidak ada keinginan sedikitpun menjadi PNS malah ingin tergabung didalamnya, BENARKAH DEMIKIAN ADANYA, ATAU HANYA MEDIA TERLALU LEBAI MEMBERITAKAN.

***

Dalam Konsep pemerintahan, PNS diharuskan memiliki beberapa Citra Positif
1. Percaya Diri
2.Rendah Hati
3. Sopan Santun
4. Bertanggung Jawab
5. Disiplin
6. Memiliki Integritas Moral yang Tinggi
7. Etos kerja yang tinggi

selanjutnya citra ini tentu saja tidak akan langsung terbentuk dengan sendirinya, tetapi perlu adanya usaha dan kesungguhan dari seluruh elemen, terutama pada diri pribadi PNS. Namun saya punya penda[at lain, Saya ingin menciptakan pada diri PNS sendiri bahwa Dia adalah pelayan masyarakat, yang namanya pelayan tentu saja harus bisa membuat orang yang kita layani tersenyum, merasa terbantu, serta merasakan kemudahan dalam kehidupan berNegara. Jika tidak bisa melakukan hal tersebut, sebaiknya jangan bermimpi menjadi PNS agar tidak memperparah Citra Negatif PNS.

Ada sebuah ide gila yang ingin saya lakukan untuk mencerminkan bahwa kami PNS melayani dengan setulus hati.

1. Ubah pas Foto ID PNS yang biasanya bermuka garang dengan muka tersenyum memperlihatkan giginya yang putih.....weuwww.... ketek putih aja banyak yang mau membantu (Iklan deodoran:just kidding)apa lagi senyum yang indah dan gigi putih.. pasti akan menyejukkan
2. tampilkan dengan jelas prosedur setiap pelayanan, bagaimana prosedurnya, lama waktunta dan jika ada biayanya berapa, semua dijelaskan dengan singkat jelas padat, gak ada yang abu-abu atau samar-samar
3. jadikan tempat pelayanan secara terbuka,jadi gak ada yang tersembunyi, sebagai contoh pengurusan STNK di Mall yang telah dilakukan oleh pihak kepolisian

itu terkait pelayanan terkait dengan 3 hal fungsi pemerintah,yakni, Inovator, fasilitator, dan regulator. semuanya dilakukan oleh PNS kecuali jabatan politis.

Nah, menyambung awal paragraf tadi, setelah saya jadi PNS tidak semuanya PNS buruk, namun jika kita masih dalam kelas staf dan mencoba melawan atsan yang bobrok, maka kita akan babak belur. untuk melakukan kearah yang lebih baik, ikuti dulu alur dengan menjaga etos kerja dan kejujuran, jika kita punya kesempatan menjabat memebentuk kebijakan, disanalah peperangan sesungguhnya dimulai... sungguh kasian PNS yang hanya menjadi staf.. Karena itu bagi PNS.. tingkat kan kinerja agar anda mampu menjadikan perubahan yang lebih positif..termasuk penulis...

semoga semuanya Baroka

Jumat, 17 Februari 2012

TNI AL Tambah Kapal Cepat Rudal Sebanyak 14 Kapal



Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Kamis (16/2) resmi meluncurkan pengoperasian Kapal Cepat Rudal (KCR) kedua hasil produksi dalam negeri, di Dermaga Batu Ampar, Batam. Kapal perang yang diproduksi oleh PT. Palindo Marine Shipyard kali ini diberi nama KRI Kujang dengan nomor lambung 642.

Peresmian kapal kedua dari kelas KCR-40 ini ditandai dengan penekanan tombol sirine dan dibukanya selubung papan nama KRI Kujang-642 oleh Menhan, sekaligus melantik Komandan KRI Kujang-642 yang dijabat oleh Mayor Laut (P) Lugi Santosa.

Sebelum peresmian, juga dilakukan penandatanganan dan penyerahan Protocol of Delivery dari pihak PT. Palindo Marine Shipyard yang diwakili Dirut PT. Palindo Marine Shipyard kepada Kemhan yang diwakili Kabaranahan Kemhan. Selanjutnya secara berurutan diserahkan kepada Aslog Panglima TNI, Aslog Kasal dan terakhir diterima oleh Pangarmabar. Penandatanganan dan penyerahan Protocol of Delivery tersebut disaksikan Menhan, Panglima TNI, Ketua Komisi I DPR RI dan Kasal.

Dengan penambahan kapal perang ini, diharapkan akan menambah kekuatan Armada TNI AL dalam rangka mengemban tugas-tugasnya menjaga perairan laut Indonesia dan juga memberikan efek deterrence bagi pertahanan negara. Kapal ini bakal ditempatkan di wilayah perairan laut yang menjadi tugas dan tanggung jawab dari Komando Armada Barat (Koarmabar).

KCR Ke-empat Selesai 2014

Secara keseluruhan, PT. Palindo Marine Shipyard mendapatkan pesanan kapal perang sejenis dari TNI AL sebanyak empat unit dengan nilai kontrak kurang lebih untuk satu unit KCR-40 sebesar Rp.75 Milyar. Pengadaannya menggunakan sumber pembiayaan Pinjaman Dalam Negeri.

Kapal pertama sudah memperkuat Armada Perang TNI AL dijajaran Armabar dengan nama KRI Clurit-641. Saat ini, PT. Palindo Marine Shipyard juga sudah mulai menyiapkan KCR-40 ketiga dan direncanakan selesai pada bulan November 2012. Sedangkan KCR-40 keempat diperkirakan akan selesai pada tahun 2013.

Menhan dalam sambutannya mengatakan, peresmian KRI Kujang-642 sebagai salah satu langkah bagi kebangkitan industri dalam negeri guna menuju kemandirian. Perhatian pemerintah saat ini sangat besar dalam mengupayakan pemberdayaan industri pertahanan nasional dalam mendukung pemenuhan Alutsista TNI.

Menhan mengungkapkan, program pengadaan type Kapal Cepat Rudal (KCR) seperti ini sampai dengan tahun 2014 nanti direncanakan sebanyak 14 kapal dengan ukuran antara 40 meter sampai 60 meter.

Dalam sambutannya Menhan berharap, PT. Palindo Marine Shipyard tidak cepat berpuas diri, namun terus mengembangkan segala kemampuan yang ada guna mendapatkan hasil yang lebih baik dan maksimal.

Sementara itu Dirut PT.Palindo Marine Shipyard mengatakan, pihaknya merasa bangga mendapat kehormatan untuk membangun kapal ini dan mempersembahkannya kepada negara sebagai tanda peran anak bangsa dalam membangun negara khususnya dalam bidang pertahanan di laut.

Sumber : DMC

Rabu, 15 Februari 2012

Makna Lir Ilir

lir ilir lir ilir
tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…

Ilir-ilir, Ilir-ilir, tandure wus sumilir. Bangunlah, bangunlah, tanamannya telah bersemi
makna: Wahai kalian, bangunlah dari tidur dan mimpimu, sebab tunas-tunasmu , “tanaman”nya telah bersemi

Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar, Bagaikan warna hijau yang menyejukkan, bagaikan sepasang pengantin baru
maksudnya, Hijau adalah warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya.

Cah angon, cah angon, penek(e)na blimbing kuwi, Anak gembala, anak gembala, tolong panjatkan pohon belimbing itu.
kandungannya: Yang disebut anak gembala disini adalah diri kita, menggembala nafsu kita . Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun islam dan sholat lima waktu. Jadi kita diperintahkan untuk memberi menjalankan ajaran Islam secara benar.

Lunyu-lunyu penek(e)na kanggo mbasuh dodot (s)ira, Meski licin, tetaplah memanjatnya, untuk mencuci kain dodot mu.
uraian: Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara atau saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet. Orang Islam tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena, Islam itu seperti pakaian bagi jiwanya. Dan bukan sembarang pakaian biasa.

Dodot (s)ira, dodot (s)ira kumitir bedah ing pingggir, Kain dodotmu, kain dodotmu, telah rusak dan robek.
penjelasan, Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek. Pakaian peradaban itu….perbaikilah, anyamlah, muliakanlah dan tutupkan aibnya

Dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore, Jahitlah, perbaikilah untuk menghadap (Gustimu) pada hari tuamu.
maksudnya, Sebo artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti). maka memperbaiki ibadahmu untuk bekal ketika nanti menghadap Gusti Allah.

Mumpung gedhe rembulane, mumpun jembar kalangane, Selagi rembulan masih purnama, selagi tempat masih luas dan lapang
kandungannya, Selagi masih banyak waktu, masih muda, selagi masih banyak kesempatan, dan masih punya kekuatan. Jangan menunggu untuk menjadi tua

Ya surak o, surak hiyo, Ya, bersoraklah, berteriak-lah IYA
Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa, kita sambut dengan gembira.

Kesimpulan:
Tembang Ilir-ilir mengajak kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt, hendaknya di mulai ketika usia masih muda, selagi masih lebih banyak tenaga, waktu, dan kesempatan. Agar ketika umur kita tinggal sejengkal kita sudah siap untuk menghadapNya.
Sebenarnya Ilir-ilir ditujukan untuk mengajak kita bermakrifat kepada Allah swt, untuk merintisnya haruslah dimulai ketika usia masih muda, karena perjalanan menuju Makrifatullah adalah sangat panjang dan berliku, di awali dengan menata dan mempersiapkan diri, untuk menerima Cahaya Nya. lir-ilir

dikutip dari http://walijo.com/ilir-ilir/

PERSEPSI NELAYAN KOTA PROBOLINGGO

Luas wilayah Kota Probolinggo terbagi atas beberapa wilayah kecamatan, dan masing-masing kecamatan ada beberapa desa atau kelurahan. Secara administratif Kota Probolinggo terbagi menjadi 5 kecamatan dan 29 kelurahan.

Jumlah penduduk Kota Probolinggo menurut data mata pencahariannya dapat dibagi menjadi enam, yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, ABRI (18%), petani (5%), pedagang (8%), buruh tani (12%), nelayan (2%), dan lainnya (54%).

Bidang perikanan Kota Probolinggo mempunyai garis pantai kurang lebih 7 kilometer memiliki potensi perikanan darat atau lebih dikenal dengan budidaya perikanan maupun perikanan laut atau dalam kegiatan penangkapan di laut. Namun kegiatan perikanan yang lebih menonjol adalah kegiatan perikanan tangkap karena di Pelabuhan Tanjung Tembaga mempunyai sarana yang cukup baik untuk kegiatan penagkapan ikan.

Perikanan tangkap dari tahun 2001 sampai tahun 2005 cenderung meningkat. Namun, dari tahun 2005-2007 perikanan tangkap mengalami penurunan. Perkembangan jumlah nelayan di Kota Probolinggo dari tahun 2001- 2005 sedikit mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2.74% setiap tahunnya berdasarkan jenis nelayan. Tetapi secara khusus terjadi penurunan jumlah nelayan yaitu pada nelayan sambilan dan nelayan kadang- kadang yaitu sebesar 3.78% dan 6.52%. Untuk nelayan tetap dan nelayan andon terus mengalami peningkatan yang dengan rata-rata peningkatan sebesar 4.17% dan 8.23% selama lima tahun terakhir.

Berdasarkan keputusan bersama nelayan terutama nelayan cantrang dan purseine terbentuklah Paguyuban Nelayan Putra Samudra. Paguyuban ini berdiri sejak tahun 2002 dengan inisiatif dari nelayan sendiri. Pembiayaan kegiatan diperoleh dari iuran tiap bulan dari para nelayan yang merupakan anggota dari paguyuban. Namun hal ini tidak berjalan lama,dari iuran ini nelayan terlalu mangharap banyak soal pembiayaan ketika terjadi konflik. Akhirnya berdasarkan kesepakatan bersama Iuran dihilangkan dengan konsekuesni apabila terjadi konflik biaya ditanggung oleh pihak konflik.

Dengan kondisi ini, sejauh mana kepedulian nelayan terhadap stok ikan sehingga ikan dapat terus dimanfaatkan secara terus-menerus dan berkelanjutan akan diulas berdasarkan persepsi mereka terhadap beberapa variabel.

Terkait dengan ekologi keberadaan sumberdaya ikan, nelayan beranggapan bahwa hasil tangkapan mengalami penurunan. Skoring kuisioner didapatkan 36,67% menyatakan hasil tangkapan banyak mengalami penurunan. Hasil ini menunjukkan bahwa nelayan menganggap bahwa kondisi sumberdaya ikan jelek. Secara keseluruhan keadaan ekologi menurut nelayan cukup jelek. Karena nelayan lebih banyak memilih jawaban 3.

Secara umum nelayan cantrang Kota Probolinggo memilih bekerja disektor penangkapan karena sudah menjadi tradisi turun-temurun. Dalam menjaga sumberdaya ikan agar dapat dimanfaatkan terus menerus nelayan cenderung biasa saja, 86% menyatakan netral dalam hal ini. Faktor pendorong interal maupun eksternal yang medorong untuk melakukan pegrusakan ekosistem mereka anggap tidak ada, walaupun tidak jarang nelayan melakukan pengrusakan ekologi perairan laut.

Terkait dengan perijinan, 96,6% armada memiliki surat-surat perijinan kapal (PAS, SIUP, dll). Keadaan ini selain sebagai kepatuhan mereka terhadap kebijakan, mengurusnya yang mudah dan tidak berbelit karena semua diurus oleh Paguyuban Nelayan Kota Probolinggo-secara kolektif, menyebabkan nelayan atau calon nelayan tidak enggan untuk menginvestasikan modal disektor penangkapan khususnya cantrang. Secara keseluruhan etika nelayan untuk mwendukung sumberdaya ikan berkelanjutan baik, skor secara keseluruhan adalah 5.

Hasil perhitungan persepsi nelayan terhadap sosial untuk mendukung sumberdaya ikan khususnya ikan demersal berkelanjutan mendapat skor 1 (sangat jelek). Kedaan ini merupakan keadaan paling memprihatinkan dari berbagai variabel yang diteliti. Keadaan ini terjadi karena semua responden menyatakan bahwa perkembangan armada alat tangkap cantrang dalam 5 tahun terakhir berkembang sangat pesat, angka ini bahkan lebih dari 100%. Sifat warga Mayangan yang cenderung ikut-ikutan. Melihat tetangga sukses maka akan diikutilah apa usaha yang digeluti.

Hasil perhitungan persepsi nelayan terhadap ekonomi untuk mendukung sumberdaya ikan khususnya ikan demersal berkelanjutan mendapat skor 1 (sangat jelek). Kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) yang melambung tinggi lebih dari 200% (seratus persen) menjadikan nelayan semakin kalang kabut dan untuk alat tangkap tertentu (purse seine) banyak yang gulung tikar. Hal ini terjadi karena biaya produksi tidak sebanding dengan harga ikan yang hanya naik kurang dari 100%. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan. Walaupun demikian nelayan cantrang masih berkeinginan untuk terus berprofesi sebagai nelayan cantrang, karena walaupun kenaikan harga ikan tidak banyak tapi masih ada margin positif antara produksi dan hasil.

Hasil perhitungan persepsi nelayan terhadap teknologi untuk mendukung sumberdaya ikan khususnya ikan demersal berkelanjutan mendapat skor 1 (sangat jelek). Seiring berjalannya waktu, nelayan terus mengembangkan alat tangkap, sehingga kapal yang berawal sekitar 7-10GT sekarang telah ada yang mencapai 22 GT. Besar kapal ini berawal dari perpindahan kapal dengan alat tangkap purse seine yang terus mengalami penurunan produksi berpindah ke alat tangkap cantrang. Kemudian nelayan memperbesar ukuran GT kapal-kapal baru.40% persen nelayan menyatakan telah banyak merubah alat tagkap maupun armada. Semakin besar GT semakin besar pula ukuran jaring, tali, dan mesin. Penambahan GT ini dilakukan karena daerah tangkapan yang semakin jauh dan mendukung untuk melakukan ngebox (melakukan penangkapan lebih dari satu hari).

Berdasarkan hasil kuisioner dan pemaparan, maka kondisi persepsi sosial dan teknologi nelayan adalah yang paling harus diwaspadai. Pendidikan rendah yang seharusnya bisa ditutupi dengan penyuluhan dari pemerintah kenyataannya selama ini penyuluhan yang diberikan belum ada pemerataan. Selama ini penyuluhan lebih diperoleh oleh juragan darat, padahal seharusnya juragan laut dan para ABK yang lebih mendapat penyuluhan, karena merekalah tombak utama ketika berada di laut.

Penelitian ini dilakukan tahun 2008 oleh Saiful anam

PERSEPSI NELAYAN KOTA PROBOLINGGO

Luas wilayah Kota Probolinggo terbagi atas beberapa wilayah kecamatan, dan masing-masing kecamatan ada beberapa desa atau kelurahan. Secara administratif Kota Probolinggo terbagi menjadi 5 kecamatan dan 29 kelurahan.

Jumlah penduduk Kota Probolinggo menurut data mata pencahariannya dapat dibagi menjadi enam, yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, ABRI (18%), petani (5%), pedagang (8%), buruh tani (12%), nelayan (2%), dan lainnya (54%).

Bidang perikanan Kota Probolinggo mempunyai garis pantai kurang lebih 7 kilometer memiliki potensi perikanan darat atau lebih dikenal dengan budidaya perikanan maupun perikanan laut atau dalam kegiatan penangkapan di laut. Namun kegiatan perikanan yang lebih menonjol adalah kegiatan perikanan tangkap karena di Pelabuhan Tanjung Tembaga mempunyai sarana yang cukup baik untuk kegiatan penagkapan ikan.

Perikanan tangkap dari tahun 2001 sampai tahun 2005 cenderung meningkat. Namun, dari tahun 2005-2007 perikanan tangkap mengalami penurunan. Perkembangan jumlah nelayan di Kota Probolinggo dari tahun 2001- 2005 sedikit mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2.74% setiap tahunnya berdasarkan jenis nelayan. Tetapi secara khusus terjadi penurunan jumlah nelayan yaitu pada nelayan sambilan dan nelayan kadang- kadang yaitu sebesar 3.78% dan 6.52%. Untuk nelayan tetap dan nelayan andon terus mengalami peningkatan yang dengan rata-rata peningkatan sebesar 4.17% dan 8.23% selama lima tahun terakhir.

Berdasarkan keputusan bersama nelayan terutama nelayan cantrang dan purseine terbentuklah Paguyuban Nelayan Putra Samudra. Paguyuban ini berdiri sejak tahun 2002 dengan inisiatif dari nelayan sendiri. Pembiayaan kegiatan diperoleh dari iuran tiap bulan dari para nelayan yang merupakan anggota dari paguyuban. Namun hal ini tidak berjalan lama,dari iuran ini nelayan terlalu mangharap banyak soal pembiayaan ketika terjadi konflik. Akhirnya berdasarkan kesepakatan bersama Iuran dihilangkan dengan konsekuesni apabila terjadi konflik biaya ditanggung oleh pihak konflik.

Dengan kondisi ini, sejauh mana kepedulian nelayan terhadap stok ikan sehingga ikan dapat terus dimanfaatkan secara terus-menerus dan berkelanjutan akan diulas berdasarkan persepsi mereka terhadap beberapa variabel.

Terkait dengan ekologi keberadaan sumberdaya ikan, nelayan beranggapan bahwa hasil tangkapan mengalami penurunan. Skoring kuisioner didapatkan 36,67% menyatakan hasil tangkapan banyak mengalami penurunan. Hasil ini menunjukkan bahwa nelayan menganggap bahwa kondisi sumberdaya ikan jelek. Secara keseluruhan keadaan ekologi menurut nelayan cukup jelek. Karena nelayan lebih banyak memilih jawaban 3.

Secara umum nelayan cantrang Kota Probolinggo memilih bekerja disektor penangkapan karena sudah menjadi tradisi turun-temurun. Dalam menjaga sumberdaya ikan agar dapat dimanfaatkan terus menerus nelayan cenderung biasa saja, 86% menyatakan netral dalam hal ini. Faktor pendorong interal maupun eksternal yang medorong untuk melakukan pegrusakan ekosistem mereka anggap tidak ada, walaupun tidak jarang nelayan melakukan pengrusakan ekologi perairan laut.

Terkait dengan perijinan, 96,6% armada memiliki surat-surat perijinan kapal (PAS, SIUP, dll). Keadaan ini selain sebagai kepatuhan mereka terhadap kebijakan, mengurusnya yang mudah dan tidak berbelit karena semua diurus oleh Paguyuban Nelayan Kota Probolinggo-secara kolektif, menyebabkan nelayan atau calon nelayan tidak enggan untuk menginvestasikan modal disektor penangkapan khususnya cantrang. Secara keseluruhan etika nelayan untuk mwendukung sumberdaya ikan berkelanjutan baik, skor secara keseluruhan adalah 5.

Hasil perhitungan persepsi nelayan terhadap sosial untuk mendukung sumberdaya ikan khususnya ikan demersal berkelanjutan mendapat skor 1 (sangat jelek). Kedaan ini merupakan keadaan paling memprihatinkan dari berbagai variabel yang diteliti. Keadaan ini terjadi karena semua responden menyatakan bahwa perkembangan armada alat tangkap cantrang dalam 5 tahun terakhir berkembang sangat pesat, angka ini bahkan lebih dari 100%. Sifat warga Mayangan yang cenderung ikut-ikutan. Melihat tetangga sukses maka akan diikutilah apa usaha yang digeluti.

Hasil perhitungan persepsi nelayan terhadap ekonomi untuk mendukung sumberdaya ikan khususnya ikan demersal berkelanjutan mendapat skor 1 (sangat jelek). Kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) yang melambung tinggi lebih dari 200% (seratus persen) menjadikan nelayan semakin kalang kabut dan untuk alat tangkap tertentu (purse seine) banyak yang gulung tikar. Hal ini terjadi karena biaya produksi tidak sebanding dengan harga ikan yang hanya naik kurang dari 100%. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan. Walaupun demikian nelayan cantrang masih berkeinginan untuk terus berprofesi sebagai nelayan cantrang, karena walaupun kenaikan harga ikan tidak banyak tapi masih ada margin positif antara produksi dan hasil.

Hasil perhitungan persepsi nelayan terhadap teknologi untuk mendukung sumberdaya ikan khususnya ikan demersal berkelanjutan mendapat skor 1 (sangat jelek). Seiring berjalannya waktu, nelayan terus mengembangkan alat tangkap, sehingga kapal yang berawal sekitar 7-10GT sekarang telah ada yang mencapai 22 GT. Besar kapal ini berawal dari perpindahan kapal dengan alat tangkap purse seine yang terus mengalami penurunan produksi berpindah ke alat tangkap cantrang. Kemudian nelayan memperbesar ukuran GT kapal-kapal baru.40% persen nelayan menyatakan telah banyak merubah alat tagkap maupun armada. Semakin besar GT semakin besar pula ukuran jaring, tali, dan mesin. Penambahan GT ini dilakukan karena daerah tangkapan yang semakin jauh dan mendukung untuk melakukan ngebox (melakukan penangkapan lebih dari satu hari).

Berdasarkan hasil kuisioner dan pemaparan, maka kondisi persepsi sosial dan teknologi nelayan adalah yang paling harus diwaspadai. Pendidikan rendah yang seharusnya bisa ditutupi dengan penyuluhan dari pemerintah kenyataannya selama ini penyuluhan yang diberikan belum ada pemerataan. Selama ini penyuluhan lebih diperoleh oleh juragan darat, padahal seharusnya juragan laut dan para ABK yang lebih mendapat penyuluhan, karena merekalah tombak utama ketika berada di laut.

penelitian ini dilakukan tahun 2008