About Me

Foto saya
Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia
Asix adalah sebuah kata yang berasal dari dua suku kata A dan six (enam). kalau digabung akan membentuk nama belakang saya yaitu anam. Sedangkan poel sebutan nama depan saya yang berasal dari saiful. karena lidah orang maduralah nama yang berarti pedang itu menjadi poel. tanggal lahir saya sama dengan tangal lahir bungkarno, tapi masih harus ditambah 24 hari lagi. Kalau tahun kelahiran waktu itu sedang bloming-blomingnya revolusi biru. atau masa dimana para petambak tergila-gila sama udang windu. Persisnya tahun kelahiran saya 1986.

Minggu, 18 Desember 2011

MADAKARI PURA TETANGGA GUNUNG BROMO

Wisata ke Jawa Timur rasaya tak lengkap kalau tak mencicipi memandang keelokan Gunung Bromo dan lautan Pasirnya. Apa lagi kalau kita memandangnya dari Pananjakan Pasuruan saat matahari terbit, letih, pusing, mual2 selama perjalanan akan langsung cesplong setelah menelan indahnya Ciptaan Tuhan itu.

Tak kalah menarik kalu kita juga mengunjungi tetangga Pak Bromo yakni Pak De Madakaripura. Dari Gunung Bromo perjalanan melalui rute Probolinggo menuju wisata Air Terjun ini bisa ditempuh sekitar 30 menit. Jika Bromo terletak didesa Ngadas Kecamatan Sukapura, Wisata Air Terjun Madakaripura berada di Desa Lumbang Kecamatan Lumbang. sayangnya jika tak membawa kendaraan pribadi tidak ada angkutan umum yang aka mengantar kita kawasan wisata, kalaupun ada itu Ojek Motor dari Pasar Lumbang.

Kesulitan transportasi umumlah yang membuat Wisata penuh pesona ini kurang dilirik pengunjung. Boroboro mau nglirik kenal aja mungkin belum. Dari Pasar Lumbang akan ada penunjuk arah yang mengarahkan kita menuju tempat bertapanya Gajah Mada ini. sepanjang perjalanan kita akan disajikan segarnya hawa sejuk pegunungan, hijaunya sawah dan ladang, hingga jurang dan bukit menambah pesona perjalanan.

Setelah memarkir kendaraan ditempat yang disediakan, CATAT: SAAT PARKIR KENDARAAN BILANG PADA PENJAGA PARKIRNYA "GAK USAH DICUCI PAK". Kalau anda tidak mengatakan ini, alamat kendaraan anda dicuci dan tau-tau anda dimintai ongkos cuci, walaupun kebersihan kendaraan tak jauh beda.


Dari parkiran jika lagi ramai tak perlu bingung karena banyak pejalan wisatawan yang mengarahkan perjalanan kita, namun saat pengunjung sepi pura-puralah anda sudah mengenal kawasan ini, kalu tidak anda akan langsung diantar oleh penunjuk jalan yang nantinya meminta ongkos yang tidak anda bayangkan sebelumnya. jadi saat kondisi sepi tunggulah ada wisatawan lain yang akan menuju kawasan Air Terjun.


Selama berjalan kaki dari tempat parkit anda akan disuguhkan perjalanan alam yang cukup menantang, melewati sungai penuh yang bening dengan kesejukan menggoda disertai batu-batu besar menghiasi alur sungai, dan takkan pernah lepas dari pandangan kita hijaunya hutan tak terjamah.

Pos terakhir sebelum anda menatap Air jatuh, anda peru siapkan kantong plastik yang memastikan barang elektronik anda aman. karena bisa dipastikan, seluruh tubuh akan basah terkena deburan aliran air langit. menuju pusat air terjun anda akan disuguhi gorden-gorden/selambu/kain penutup alam dari air yang jatuh dari tebing-tebing batuan.
 Suasana kehangatan dan romantisme akan sangat tersasa kental. penulis sendiri bingung mau melikuskan indahnya Madakaripura.  selahkan anda Nikmati dan Rasakan sendiri Pesona Air Madakaripura.

Sabtu, 17 Desember 2011

WISATA KELILING INDONESIA BARAT/PULAU BATAS


PART I: Liburan Ala TITANIC Lokal

Saat kita menyaksikan film TITANIC mungkin terbesit diotak kita ingin ikut merasakan bagaimana rasanya berada di kapal besar dan  menyeberangi lautan yang luas. Tak ada yang kita liat selain Air Laut dan ikan-ikan yang hendak memamerkan Talenta melompatnya. Air laut yang biru, debur ombak yang menyapa dinding kapal, angin laut yang begitu khas aromanya, oh nikmat rasanya bagi para petualang wisata.
 Bagi kita penggemar petualangan, bukan tidak mungkin semua itu bisa kita rasakan dengan modal yang tidak mencekik. Diatas kapal besar dan mengarungi laut luas. Penulis mencoba memberikan salah satu Alternatif Wisata TITANIC Ala Gembel. Kenapa demikian? Karena dengan modal 1 jutaan kita sudah bisa merasakan semua itu. Bahkan kita akan berlayar melewati kawasan barat Indonesia. Catat, cuma berlayar dan menyaksikan puing-puing pulau berserakan. Namun tidak menuntut kemungkinan jika kita ingin singgah di bulau batas utara Nusantara, Kabupaten Natuna.
Tanpa basa-basi lagi kita sambut akomodasi itu adalah “KM. BUKIT RAYA”. Kapal ini adalah kapal besutan PELNI yang memang diperuntukkan untuk  melayani  transportasi Pulau-Pulau Bagian Barat Indonesia. Alurnya dimulai dari Surabaya-Pontianak-Kabupaten Natuna-Kabupaten Tarempa- Letung-Kijang (sekitar Tanjung Pinang)-Blinyu (Riau Daratan)-Jakarata. Perjalanan membentuk  V terbalik. Dari Jakarta Kapal ini kembali dengan berlawanan dengan alur tadi yakni, Jakarta-Blinyu-Kijang-Letung-Tarempa-Natuna-Pontianak-Surabaya.

Perjalanan dari Surabaya menuju Jakarta membutuhkan waktu sekitar 6 hari, 3 hari Surabaya-Natuna (ujung utara Indonesia), dan 3 hari Natuna-Jakarta. Tiket Surabaya-Natuna sekitar Rp 360.000 sedangkan Natuna Jakarta Rp 380.000. itu sudah termasuk makan 3 kali sehari. Kalau tidak puas dengan makanan jatah, kapal juga menyediakan makanan kantin,Telur Goreng,  Ayam Goreng, Ayam Kecap dan Nasi Goreng.
Tempat tidur untuk kelas ekonomi berupa papan panjang seperti meja dengan kasur spon warna hitam. Untuk kelas ekonomi tempat tdur bisa pilih mulai dek 2,3,4, dan 5. Masing-masing dek disediakan kapar mandi dan stop kontak untuk mengecas hp. Tapi kalau tujuan anda naik kapal ini adalah berpetualang tentu anda tidak ingin hanya diam berada di tempat tidur. Anda bisa menikmati keindahan alam laut baik siang maupun malam jika anda di luar dek 5 dan 6. Dan tempat yang paling mantap adalah kantin di dek 7. Pejamkan mata dan rasakan aroma laut yang begitu menggoda. Disepanjang perjalanan bukan tidak mungkin anda akan bertemu dengan kapal-kapal nelayan maupun kapal tanker.  Bahkan anda akan sering disajikan dengan pulau-pulau kecil Indonesia, terutama ketika sudah berada dikawasan utara Pontianak-Kijang.
Dan jika anada berminat menikmati alam pulau-pulau kecil singgahlah di Kabupaten Natuna. Bagaimana Kabupaten Natuna? Ikuti Jejak berikutnya... (sORY KALU KURANG MANTAP TULISANNYA BARU BELAJAR NILIS TENTANG WISATA GAN)
iNI ADALAH SUNRISE DI PULAU TIGA NATUNA

Kamis, 15 Desember 2011

PERJALANAN NEGARA KEPULAUAN MENUJU GARIS PANGKAL LURUS


Yuuuukk.. kita beromantisme dengan masa  awal kemerdekaan. Setelah menyatakan diri sebagai negara yang merdeka pada 17 Agustus 1945, Indonesia tidak serta merta memiliki kedaulatan penuh atas wilayah darat dan laut NKRI.  Pada zaman itu, kedaulatan wilayah Negara ber ideologi Pancasila ini mengacu pada Undang Undang Hindia Belanda tahun 1939, yakni Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam undang undang ini disebutkan bahwa setiap pulau hanya berhak atas 3 mil garis pantainya. Jadi NKRI waktu itu satu tapi terpisah pisah. Maksudnya, kapal asing bebas berlayar di laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.
Dengan kondisi tersebut, Negara berbendera merah putih ini  sangat rentan dalam urusan pertahanan negara. Selain itu juga rentan untuk kembali dijajah oleh Negara Belanda yang waktu itu masih ngotot mengatakan Indonesia belum merdeka. Sumberdaya Alam yang terkandung di Lautpun bebas di keruk asing selama lebih dari 3 mil laut. Menyadari kerentanan tersebut,  pada tahun 1957 tepatnya tanggal 13 Desember, Perdana Menteri Indonesia, Djuanda Kartawidlaya mengeluarkan statemen atau pernyataan bahwa “ Laut Indonesia adalah termasuk laut disekitarnya, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Pernyataan pada dunia ini selanjutnya dikenal dengan Deklarasi Djuanda. Selanjutnya Deklarasi ini diresmikan menjadi  UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia.
Namun tidak serat merta dunia menerima pernyataan Pak Djuanda. Beberapa negara sempat menentang Deklarasi yang menyatakan bahwa  Indonesia menganut konsep dasar wilayah negara kepulauan. Bayangkan saja, akibat yang ditimbulkan dari pernyataan itu sangat luar biasa. Luas wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km² dengan pengecualian Irian Jaya yang walaupun wilayah Indonesia tapi waktu itu belum diakui secara internasional.
Kalau berhenti berjuang hanya karena ditentang negara lain bukan Bangsa Indonesia namanya. Dijajah belanda selama 3,5 abad saja Indonesia terus ngeyel  ingin merdeka, apalagi sekarang sekedar mencari pengakuan.  Oh ya, saya lupa memaparkan isi yang sebenarnya Deklarasi Djuanda, berikut isi Deklarasi Juanda.
1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :
a. untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat
b. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan
c. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan keselamatan NKRI

Setelah melewati berbagai halangan dan berbagai rintangan perjuanganpun menghasilkan buah manis. Pada tahun 1982 melalui Konvensi Hukum Laut PBB (United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS ) ke III, deklarasinya Pak Djuanda diterima dunia. Nah, kemudian pada tahun 1985 lahirlah UU No 17 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara Kepulauan. Sebelum lengser dari jabatannya, Pak Presiden kedua RI, Soeharto, mencanangkan tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara, keputusan ini dipertegas oleh Presiden Abdurrachman Wahid melalui Kepres RI No 126 Tahun 2001 tanggal tersebut sebagai hari perayaan Nasional.
Selanjutnya pada tahun 2002 terbitlah Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 Tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik garis pangkal Kepulauan Indonesia. Dalam PP ini di lampirkan 183 tempat Titik tempat penarikan garis pangkal. Kasmaran masa kemerdekaan sampai disini dulu.
***
Tentu saja sangat berkaitan erat, kalau saja pak Djuanda tidak mengeluarkan pernyataan pada tahun 1959 itu, kekayaan laut yang dimiliki indonesia tidak seperti sekarang ini. Bayangkan saja (dibayangkan karena jika mau diliat satu-satu juga gak punya duit mau jalan-jalan :p) apa saja Sumber Daya Alam (SDA) yang ada didalam laut, mulai dari Sumberdaya Ikan (SDI) seperti ikan, cumi-cumi, tuna, kerang,  Sumberdaya Kelautan (SDK) seperti Terumbu karang, Padang lamun, mangrove, belum lagi barang tambang minyak, gas dan Barang Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Kalu ditotal-total, buat beli krupuk mah gak bakal abis tujuh turunan.  Kalu dulu sebelum di akui UNCLOS mungkin kekayaan laut yang dimiliki Negara peringkat korupsi ketiga di Dunia ini hanya seper sekiannya saja.
Dengan kekayaan yang melimpah dan dipercaya dunia untuk mengelolanya tentu saja kita tidak boleh menyia-nyiakannnya. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 bahwa seluruh kekayaan negara diperuntukan untuk kesejahteraan rakyat. Karena untuk kesejahteraan, tentu saja perlu pengawasan dalam pengelolaannya.  Terkait dengan SDI,  SDK dan BMKT sangat erat sekali kait dengan perairan/laut. Agar pengeloaan Sumberdaya ini bersifat sustainable maka lahirlah UU No 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang kini berubah menjadi UU no 45 tahun 2009 tentang Perikanan.
Dalam Undang-undang itu disebutkan bahwa Pengawas Perikanan bertugas untuk mengawasi tertib pelaksanaan ketentuan perturan perundang-undangan dibudang perikanan (pasal 66). Dengan adanya pengawasan diharapkan kegiatan pemanfaatn Sumberdaya Ikan yang ilegal unreported unregulated (IUU) sifatnya bisa mengancam keberlanjutan sumber daya Ikan dan merugikan negara  bisa di tekan bahkan dibumi hanguskan.