Luas wilayah Kota Probolinggo terbagi atas beberapa wilayah kecamatan, dan masing-masing kecamatan ada beberapa desa atau kelurahan. Secara administratif Kota Probolinggo terbagi menjadi 5 kecamatan dan 29 kelurahan.
Jumlah penduduk Kota Probolinggo menurut data mata pencahariannya dapat dibagi menjadi enam, yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, ABRI (18%), petani (5%), pedagang (8%), buruh tani (12%), nelayan (2%), dan lainnya (54%).
Bidang perikanan Kota Probolinggo mempunyai garis pantai kurang lebih 7 kilometer memiliki potensi perikanan darat atau lebih dikenal dengan budidaya perikanan maupun perikanan laut atau dalam kegiatan penangkapan di laut. Namun kegiatan perikanan yang lebih menonjol adalah kegiatan perikanan tangkap karena di Pelabuhan Tanjung Tembaga mempunyai sarana yang cukup baik untuk kegiatan penagkapan ikan.
Perikanan tangkap dari tahun 2001 sampai tahun 2005 cenderung meningkat. Namun, dari tahun 2005-2007 perikanan tangkap mengalami penurunan. Perkembangan jumlah nelayan di Kota Probolinggo dari tahun 2001- 2005 sedikit mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2.74% setiap tahunnya berdasarkan jenis nelayan. Tetapi secara khusus terjadi penurunan jumlah nelayan yaitu pada nelayan sambilan dan nelayan kadang- kadang yaitu sebesar 3.78% dan 6.52%. Untuk nelayan tetap dan nelayan andon terus mengalami peningkatan yang dengan rata-rata peningkatan sebesar 4.17% dan 8.23% selama lima tahun terakhir.
Berdasarkan keputusan bersama nelayan terutama nelayan cantrang dan purseine terbentuklah Paguyuban Nelayan Putra Samudra. Paguyuban ini berdiri sejak tahun 2002 dengan inisiatif dari nelayan sendiri. Pembiayaan kegiatan diperoleh dari iuran tiap bulan dari para nelayan yang merupakan anggota dari paguyuban. Namun hal ini tidak berjalan lama,dari iuran ini nelayan terlalu mangharap banyak soal pembiayaan ketika terjadi konflik. Akhirnya berdasarkan kesepakatan bersama Iuran dihilangkan dengan konsekuesni apabila terjadi konflik biaya ditanggung oleh pihak konflik.
Dengan kondisi ini, sejauh mana kepedulian nelayan terhadap stok ikan sehingga ikan dapat terus dimanfaatkan secara terus-menerus dan berkelanjutan akan diulas berdasarkan persepsi mereka terhadap beberapa variabel.
Terkait dengan ekologi keberadaan sumberdaya ikan, nelayan beranggapan bahwa hasil tangkapan mengalami penurunan. Skoring kuisioner didapatkan 36,67% menyatakan hasil tangkapan banyak mengalami penurunan. Hasil ini menunjukkan bahwa nelayan menganggap bahwa kondisi sumberdaya ikan jelek. Secara keseluruhan keadaan ekologi menurut nelayan cukup jelek. Karena nelayan lebih banyak memilih jawaban 3.
Secara umum nelayan cantrang Kota Probolinggo memilih bekerja disektor penangkapan karena sudah menjadi tradisi turun-temurun. Dalam menjaga sumberdaya ikan agar dapat dimanfaatkan terus menerus nelayan cenderung biasa saja, 86% menyatakan netral dalam hal ini. Faktor pendorong interal maupun eksternal yang medorong untuk melakukan pegrusakan ekosistem mereka anggap tidak ada, walaupun tidak jarang nelayan melakukan pengrusakan ekologi perairan laut.
Terkait dengan perijinan, 96,6% armada memiliki surat-surat perijinan kapal (PAS, SIUP, dll). Keadaan ini selain sebagai kepatuhan mereka terhadap kebijakan, mengurusnya yang mudah dan tidak berbelit karena semua diurus oleh Paguyuban Nelayan Kota Probolinggo-secara kolektif, menyebabkan nelayan atau calon nelayan tidak enggan untuk menginvestasikan modal disektor penangkapan khususnya cantrang. Secara keseluruhan etika nelayan untuk mwendukung sumberdaya ikan berkelanjutan baik, skor secara keseluruhan adalah 5.
Hasil perhitungan persepsi nelayan terhadap sosial untuk mendukung sumberdaya ikan khususnya ikan demersal berkelanjutan mendapat skor 1 (sangat jelek). Kedaan ini merupakan keadaan paling memprihatinkan dari berbagai variabel yang diteliti. Keadaan ini terjadi karena semua responden menyatakan bahwa perkembangan armada alat tangkap cantrang dalam 5 tahun terakhir berkembang sangat pesat, angka ini bahkan lebih dari 100%. Sifat warga Mayangan yang cenderung ikut-ikutan. Melihat tetangga sukses maka akan diikutilah apa usaha yang digeluti.
Hasil perhitungan persepsi nelayan terhadap ekonomi untuk mendukung sumberdaya ikan khususnya ikan demersal berkelanjutan mendapat skor 1 (sangat jelek). Kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) yang melambung tinggi lebih dari 200% (seratus persen) menjadikan nelayan semakin kalang kabut dan untuk alat tangkap tertentu (purse seine) banyak yang gulung tikar. Hal ini terjadi karena biaya produksi tidak sebanding dengan harga ikan yang hanya naik kurang dari 100%. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan. Walaupun demikian nelayan cantrang masih berkeinginan untuk terus berprofesi sebagai nelayan cantrang, karena walaupun kenaikan harga ikan tidak banyak tapi masih ada margin positif antara produksi dan hasil.
Hasil perhitungan persepsi nelayan terhadap teknologi untuk mendukung sumberdaya ikan khususnya ikan demersal berkelanjutan mendapat skor 1 (sangat jelek). Seiring berjalannya waktu, nelayan terus mengembangkan alat tangkap, sehingga kapal yang berawal sekitar 7-10GT sekarang telah ada yang mencapai 22 GT. Besar kapal ini berawal dari perpindahan kapal dengan alat tangkap purse seine yang terus mengalami penurunan produksi berpindah ke alat tangkap cantrang. Kemudian nelayan memperbesar ukuran GT kapal-kapal baru.40% persen nelayan menyatakan telah banyak merubah alat tagkap maupun armada. Semakin besar GT semakin besar pula ukuran jaring, tali, dan mesin. Penambahan GT ini dilakukan karena daerah tangkapan yang semakin jauh dan mendukung untuk melakukan ngebox (melakukan penangkapan lebih dari satu hari).
Berdasarkan hasil kuisioner dan pemaparan, maka kondisi persepsi sosial dan teknologi nelayan adalah yang paling harus diwaspadai. Pendidikan rendah yang seharusnya bisa ditutupi dengan penyuluhan dari pemerintah kenyataannya selama ini penyuluhan yang diberikan belum ada pemerataan. Selama ini penyuluhan lebih diperoleh oleh juragan darat, padahal seharusnya juragan laut dan para ABK yang lebih mendapat penyuluhan, karena merekalah tombak utama ketika berada di laut.
penelitian ini dilakukan tahun 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
biar lebih asix dikomentari ya..dan jangan lupa follow ya...